Jika Anda adalah seorang guru, pasti ada saja siswa yang sukar sekali untuk memahami isi pelajaran yang Anda sampaikan. Bahkan beberapa guru merasa kesal dan men-judge mereka SISWA BODOH, OON, TAK BERGUNA, dan MENYUSAHKAN. Padahal kamu merasa cara mengajar yang diterapkan sudah maksimal dan mudah dimengerti oleh siswa. Terlihat dari siswa lain yang bisa dengan mudah mendapatkan nilai baik, ini menandakan bahwa mereka cukup menyerap isi materi pelajaran dan tidak ada masalah dengan gaya mengajar yang diterapkan. Yang di pikiran guru kebanyakan "Siswanya saja yang kelewat lemod". Apakah benar ini salah dari siswa?
Atau kalian malah menjadi siswa yang dimaksud, siswa yang sedikit atau bahkan sangat sukar untuk memahami isi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Mau memperhatikan guru pun bawaannya mengantuk karena membosankan apalagi memahami isi materi yang diajarkan. Apakah Anda pernah berpikir ini salah guru yang tidak bisa mengajari siswa dengan baik, atau salah siswa yang terlalu lemod. Biasanya siswa dan orang tua lebih menyalahka guru ketimbang menginstrospeksi diri, "Itu tuh mah gurunya yang bikin bosen, jadinya ngantuk mulu di kelas". Apakah yakin ini adalah salah si guru?
Yuk kita dengarkan sedikit cerita dari kepala sekolah yang sekaligus pamanku di salah satu SMP di Banten. Jadi saat itu pamanku sedang mengikuti acara semacam pelatihan, seminar pendidikan, atau entahlah yang jelas dari dinas pendidikan. Pada waktu itu dia ditanya oleh moderator "Pak tolong sebutkan tupoksi dari seorang guru", pamanku pun menjawab dengan lengkap dan benar serta ditepuk tangani oleh peserta lainnya.
Lalu. Pamanku pun di beri pertanyaan ke dua "Dalam mengajar pasti ada saja siswa yang sukar menyerap pelajaran, apa pendapat bapak dan beri alasan".
Jika kita sudah maksimal dalam menyampaikan ilmu tapi si siswa tetap saja tidak mengerti, saya rasa itu masalah dari siswanya saja pak yang terlalu nakal dan tidak mau memperhatikan", jawab speechless pamanku.
Dengan bijak pak moderator menjelaskan bahwa jika pemikiran itu adalah sangat keliru. Lihat saja sekolah-sekolah RSBI yang dari segi apapun lengkap dan lihat pula sekolah yang serba kekurangan di Papua. Sekoah yang berbeda dari segi apapun. Mulai dari bangunan yang mewah, kelas ber-AC, perpustakaan yang lengkap, dan fasilitas lainnya. Namun keadaan berbeda ditunjukan dari sekolah di Papua. Tidak sedikit bangunan mereka hanya dari bahan yang sangat sederhana, mulai dari tripleks, kayu, dan bahan lainnya yang hanya bisa dipakau unruk bangunan semi permanen. Untuk kelas pun mereka harus berbagi dengan kelas lain, apa lagi fasilitas perpustakaan dan lainnya. Namun yang megagetkan siswa dari Papua malah sering hilir mudik ke luar negeri untuk mewakili indonesia dalam ajang olimpiade internasional. Mereka seperti ingin menyatakan bahwa mereka tidak bodoh dan tidak ada seorangpun di dunia ini yang bodoh.
Hal ini menandakan sebenarnya tidak ada masalah dengan fasilitas sekolah ataupun siswanya. Semuanya berawal dari pola pikir siswa, dan pola pikir siswa dibentuk atas pendidikan dari guru, entah itu guru dari rumah (orangtua), guru di sekolah, atau guru dari pengalaman. Jika guru dari rumah mempunyai andil buruk seperti sifat orang tua yang pemalas, pastilah keturunannya kemungkinan besar menjadi anak yang pemalas. Jika yang menjadi guru adalah pengalaman, pengalaman yang kurang baik bisa mempengaruhi polapikir siswa, misalnya menjadi tidak PD. Dan yang terakhir jika seorang guru yang di sekolah kurang bisa menguasai kelas, pastilah si guru itu tidak menarik untuk diperhatikan oleh siswa karena membosankan. Jika dari segi tadi terpenuhi tapi tetap saja siswa kurang dapat memahami, seharusnya guru harus memutar otak mencari cara agar siswa tersebut bisa memahami. Mungkin dengan cara mengganti gaya belajar, menggunakan alat peraga multi media atau cara lain yang dapat meningkatkan pemahan siswa.
Cerita dan penjelasan diatas sesuai dengan peribahasa "Sebagaimanapun murid, tergantung dari gurunya". Jadi pada initinya sepintar-pintarnya murid adalah pintarnya guru, dan sebodoh-bodohnya murid adalah kebodohan dari guru.
sumber