Bohong, Kalau Atlantis Itu Adalah Indonesia

Oleh: Awang H Satyana (BPMIGAS)

Sekitar 3 tahun yang lalu, saya diberi buku ini oleh penerbitnya (penerjemah) di Indonesia (PT Ufuk Press, Jakarta) untuk membahasnya dalam acara bedah buku yang diadakan oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. Acara diadakan di Auditorium Badan Geologi di Jl. Diponegoro, Bandung, dihadiri para mahasiswa geologi, para dosen geologi, para ahli geologi, dan masyarakat umum yang tertarik dengan isyu ini. Dari Ufuk Press, hadir beberapa perwakilannya. 

 Buku terjemahannya enak dibaca, dicetak sesuai dengan tampilan aslinya. Saat itu buku terjemahan ini belum diedarkan, tetapi saya punya karena langsung diberi oleh penerbitnya, gratis lagi he2… Meskipun begitu, setelah mempelajarinya cukup detail dan membandingkannya dengan ilmu geologi yang saya tekuni, saya tidak sepakat dengan hipotesis Prof. Santos (alm.) bahwa Indonesia (tepatnya Sundaland) adalah Atlantis yang hilang itu.

Argumen-argumen mengapa hipotesis ini tidak bernalar secara geologi (mainstream geology) saya kemukakan di forum bedah buku tersebut. Di luar dugaan saya, ternyata PT Ufuk Press gembira mengapa saya menyerang buku yang diterjemahkannya itu dan diberikannya secara gratis kepada saya. Rupanya, Ufuk suka menerjemahkan buku-buku yang kontroversial. Pada kesempatan yang sama, saya juga diminta membahas secara geologi buku “Misteri 2012″ (Greg Braden dkk.) yang juga kontroversial dan diterjemahkan oleh PT Ufuk Press. Bila buku2-nya kontroversial, biasanya akan meramaikan pasar, katanya. Hm.. Berikut adalah beberapa antitesis yang saya kemukakan sebagai keberatan2 atas hipotesis Prof. Santos bahwa Indonesia adalah Atlantis.

Prof. Arysio Santos (AS): Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya(Spanyol).
Awang H. Satyana (AHS): Atlantis berasal dari bahasa Yunani : Ἀτλαντὶς νῆσος, “island of Atlas”

AS : Lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu (9600 BC) itu adalah di Indonesia dan Laut Cina Selatan (tepatnya Sundaland). Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya.

AHS : India, Srilangka, Laut Cina Selatan dan Indonesia Timur bukan bagian Sundaland. Laut Cina Selatan bukan paparan benua yang tenggelam.

AS : Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistosen) .

AHS : Atlantis sank into the ocean “in a single day and night of misfortune”. (Plato, 360 BC : Timaeus & Critias), bukan gradual akibat deglasiasi.

AS : Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

AHS : Supervolcano Toba meletus pada 74.000 tahun yang lalu, jauh lebih awal daripada masa Atlantis 11.600 tyl. Tidak ada bukti bahwa Krakatau pernah meletus pada 11.600 tyl.

AS : Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

AHS : Letusan supervolcano lebih mungkin menyebabkan musim dingin karena abu volkanik menutupi atmosfer menghalangi sinar Matahari (Tambora 1815 : a year without a summer), bukan mencairkan es.

AS : Pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat.

AHS : Gempa tidak disebabkan beban sedimen dan air pada dasar samudera, bila begitu maka pusat-pusat gempa akan memenuhi seluruh samudera. Gempa disebabkan patahan batuan pada wilayah interaksi lempeng.

AS : Ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.

AHS : Studi detail masalah late glacial & postglacial sea level rise untuk menggunakan isotop oksigen-18 menunjukkan bahwa penenggelaman Sundaland oleh naiknya muka laut terjadi pada periode antara 13.000 – 14.000 tahun BP.

AS : Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene) . Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut. Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia. Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi.

AHS : Fly ash berasal dari erupsi supervolcano akan menyebabkan musim dingin volkanik, sinar Matahari tak akan mencapai permukaan Bumi. Tidak ada es yang mencair. Studi detail glasiasi dan post-glasial menunjukkan maksimum air laut naik 16 m selama 300 tahun dari 14.600-14.300 tyl oleh proses perubahan iklim.

AS : Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika. Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara. Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.

AHS : Penelitian biomolekuler DNA menunjukkan arus migrasi bukan dari Sundaland ke luar, tetapi dari luar menuju Sundaland. Saya mengakhiri bedah buku dengan menyimpulkan yang saya percayai dan yakini, seperti di bawah ini.

Tesis-tesis yang diajukan Prof. Santos dalam bukunya “Atlantis : the Lost Continent Finally Found” (2005) tidak mempunyai bukti dan argumentasi geologi. Sundaland adalah paparan benua stabil yang tenggelam pada 15.000 – 11.000 tahun yang lalu oleh proses deglasiasi akibat siklus perubahan iklim, bukan oleh erupsi volkanik. 

 Erupsi supervolcano justru akan menyebabkan musim dingin dalam jangka panjang. Tidak ada bukti letusan supervolcano Krakatau pada 11.600 tahun yang lalu. Letusan tertua Krakatau yang dapat diidentifikasi adalah pada tahun 460 AD. Gempa, erupsi volkanik dan tsunami tidak pernah disebabkan beban sedimen dan air laut pada dasar samudera, tetapi akibat interaksi lempeng-lempeng tektonik.

Migrasi manusia Indonesia (Sundaland) ke luar setelah penenggelaman Sundaland, bertolak belakang dengan bukti-bukti penelitian migrasi manusia modern secara biomolekuler. Karena mekanisme-mekanisme geologi yang diajukan Prof. Santos tidak mempunyai nalar geologi yang benar, maka sangat diragukan bahwa Indonesia (Sundaland) merupakan benua Atlantis. Terakhir, saya menginformasikan kepada Penerbit Ufuk yang disambutnya dengan gembira, bahwa ada buku lain yang kontroversial yang menyangkut Indonesia, tulisan Stephen Oppenheimer : “Garden in the East”, yang mengatakan hal yang mungkin bisa mendukung hipotesis Prof. Santos, bahwa Sundaland adalah Taman Firdaus itu. Buku ini kontroversial dan telah meyulut api perdebatan di antara para ahli genetika dan antropologi

 

Copyright 2009. Unik Dan Aneh | Serba Serbi Google | Translate | Design by Boogle